KEUNTUNGAN SELEKSI PADA FASE STARTER DAN GROWER SEBELUM FASE LAYER PADA BUDIDAYA AYAM RAS PETELUR

Kandang ayam

Tuhu Aneng Pambudi, S.Pt

 

Keberhasilan budidaya ayam ras petelur tentunya tidak dapat lepas dari kualitas bibit ayam siap telur yang digunakan. Kualitas bibit ayam siap telur sangat ditentukan antara lain oleh bibit ayam umur 1 hari (DOC), manajemen pemeliharaan, manajemen perkandangan, manajemen pakan, pengobatan, vaksinasi serta seleksi yang dilakukan selama fase starter dan grower. Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa masa pemeliharaan sebelum masa bertelur mulai dari DOC akan sangat menentukan bagaimana kualitas dan kuantitas produksi telur ayam ras petelur selama fase bertelur.

DOC yang didatangkan dari pabrik tentunya sudah melalui proses seleksi oleh pihak pabrikan sesuai standar yang ditentukan (SNI 4868.2:2013), diantaranya kondisi fisik sehat, kaki normal dan dapat berdiri tegak, paruh normal (biasanya sudah dipotong), tampak segar dan aktif, tidak dehidrasi, tidak ada kelainan bentuk dan tidak cacat fisik, perut tidak kembung, sekitar pusar dan dubur kering serta pusar tertutup, bobot DOC di penetasan minimum 33 gram. Faktor lain yang mempengaruhi perkembangan ayam petelur baik secara kualitas selama masa pemeliharaan di kandang oleh peternak antara lain bentuk tubuh, bentuk bulu maupun secara kuantitasnya yaitu bobot badan.

Produsen ketika mengeluarkan produknya berupa bibit (DOC) tentunya disertai dengan buku panduan sesuai dengan jenis bibit yang diproduksi yang berisi tentang standar bobot, standar pakan, standar produksi, manajemen pemeliharaan mulai masa awal/ brooding hingga masa produksi sampai afkir dan lain-lain. Panduan inilah yang menjadi acuan peternak selama memelihara DOC hingga masa bertelur supaya dapat menghasilkan produksi sesuai dengan yang diharapkan.

Kualitas dan kuantitas produksi ayam ras petelur yang baik sebagaimana dipengaruhi hal diatas bisa diperoleh melalui proses seleksi. Seleksi terbagi menjadi dua yaitu grading dan culling. Seleksi sebaiknya rutin dilakukan oleh peternak selama pemeliharaan periode starter dan grower. Pengertian seleksi pada budidaya ayam ras petelur dapat diartikan sebagai proses memilih ayam yang digunakan untuk tujuan tertentu. Grading adalah proses yang dilakukan untuk mengelompokkan ayam sesuai dengan pertumbuhan dan ukurannya, sedangkan culling adalah memusnahkan ayam yang secara teknis standar budidaya peternakan tidak dapat tumbuh dengan baik, karena dapat merugikan dalam hal biaya untuk pakan, tenaga dan waktu.

Seleksi pada budidaya ayam ras petelur dapat dilakukan sejak awal kedatangan DOC di kandang, yaitu dengan mengklasifikasikan DOC berdasarkan bobot box, karena biasanya bobot box yang berat (dengan jumlah DOC sesuai standar yaitu 102-103 ekor) maka bobot DOC di dalamnya per ekor rata-rata juga akan lebih berat dibanding yang berasal dari bobot box yang lebih ringan. DOC dengan bobot box yang relatif sama dikelompokkan tersendiri agar lebih mudah dalam memberikan perlakuan antara DOC dengan bobot yang lebih berat dan lebih ringan. Proses seleksi lainnya juga dapat dilakukan pada saat penebaran DOC ke indukan (brooder) dengan memilih DOC yang dinilai kurang layak, misalnya ada yang tidak mampu berdiri, terlalu kecil, lemas, dubur terlihat kotor maka disendirikan dan di culling.

Culling dapat dilakukan sewaktu-waktu selama masa pemeliharaan, misalnya saat berada dikandang dengan melakukan pengamatan, jika ada yang tidak layak maka dapat langsung disendirikan dan dilakukan culling. Culling juga dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan kandang lainnya, misalnya saat melakukan vaksinasi, potong paruh dan grading untuk efisiensi tenaga dan waktu. Ayam dengan kondisi yang tidak normal harus dilakukan culling karena dalam perkembangannya dinilai sudah tidak akan mampu tumbuh dengan normal apalagi berproduksi secara maksimal nantinya. Culling tersebut penting dilakukan mengingat ayam dengan kondisi tidak normal tentunya akan sangat merugikan terutama dalam hal konsumsi pakan yang akan menambah biaya produksi mengingat biaya pakan kurang lebih 70% dari total biaya produksi.

 

Grading pada ayam ras petelur biasanya pertama dilakukan menjelang pergantian pakan dari pakan starter ke pakan grower. Grading bisa diawali dengan penimbangan sampel untuk mengetahui keseragamannya (uniformity). Keseragaman yang sudah mencapai lebih dari 70% maka akan dilakukan grading untuk mengelompokkan ayam dengan bobot standar dan yang belum standar. Ayam dengan bobot standar akan dilakukan pergantian pakan secara bertahap sedangkan ayam dengan bobot kurang dari standar masih diberi perpanjangan pakan starter sambil terus dikontrol pertambahan bobot badannya. Grading berikutnya dilakukan menjelang pergantian pakan dari pakan grower ke pakan prelayer/ layer. Mekanismenya grading tidak jauh berbeda dari grading sebelumnya yaitu terlebih dahulu dilakukan penimbangan sampel untuk mengetahui keseragamannya.

Grading selain dilakukan untuk pergantian pakan, juga dilakukan khusus untuk bisnis jual beli ayam siap telur/ pullet. Grading ini dilakukan tergantung kebutuhan, misalnya apakah pullet tersebut akan dijual umur 8-9 minggu (2 bulan), 13 minggu (3 bulan) atau 16 minggu (4 bulan). Grading juga dilakukan menjelang hari penjualan dengan standar sesuai dengan umur permintaan. Grading pada umur 13 minggu menggunakan standar 1 kg per ekor, sedangkan pada umur 16 minggu menggunakan standar 1,3 kg.

Ayam ras petelur ketika fase layer (bertelur) yang telah dilakukan seleksi pada fase starter dan grower tentunya akan berbeda hasilnya dengan yang tidak dilakukan seleksi sama sekali. Pada kondisi normal ayam yang telah diseleksi umumnya akan mulai bertelur sesuai dengan standar umurnya (tidak mundur), stabil dan mampu mencapai puncak produksi. Hal tersebut dikarenakan ayam yang tersisa dan dipelihara merupakan ayam-ayam pilihan yang telah memenuhi standar baik dari sisi kualitas maupun kuantitasnya. Disamping itu dari sisi biaya produksi juga lebih efisien dikarenakan ayam yang dipelihara pada fase layer ini mampu berproduksi secara optimal.

Ayam yang tidak dilakukan seleksi, pada kondisi normal ayam yang telah memasuki fase layer produksinya tidak mampu mencapai puncak. Kondisi tersebut dikarenakan karena masih terdapat ayam-ayam yang belum mampu berproduksi sesuai dengan standar umurnya, bahkan produksi yang dihasilkan terkadang tidak setiap hari mengingat proses pembuatan telur di dalam tubuh ayam normalnya memerlukan waktu kurang lebih 25 jam. Biaya produksi tentunya juga akan membengkak karena harus memberi pakan ayam yang belum mampu berproduksi padahal secara umur sudah seharusnya berproduksi. Berdasarkan kondisi tersebut, penting bagi peternak untuk mengalokasikan waktu dan tenaganya untuk melakukan seleksi secara rutin pada fase starter dan grower untuk mendapatkan hasil yang optimal pada fase layer nantinya.