DETEKSI DINI PENYAKIT LUMPY SKIN DISEASE (LSD)

Oleh : DESI ISTI INDRIYANI, A.Md

 

 

Penyakit LSD (Lumphy Skin Disease) merupakan penyakit yang rentan menyerang sapi dan kerbau yang disebabkan oleh Virus Lumpy Skin Disease genus Capripoxvirus yang termasuk dalam keluarga Poxvirus (FAO, 2021). Sehingga penyakit ini kadang disebut dengan cacar yang menyerang pada Sapi dan Kerbau.  Penyakit ini ditularkan utamanya secara mekanis oleh serangga pemakan darah, dapat juga melalui kontak langsung atau tidak langsung. Penularan secara mekanis melalui serangga menjadi peran  utama dalam transmisi dari hewan ke hewan. Potensi vektor arthropoda bervariasi menurut wilayah (Coetzer et al., 2018).  LSD merupakan penyakit yang bersifat tidak zoonosis. Angka kesakitan pada penyakit ini sekitar 30-45%. Anakan sapi memiliki potensi yang lebih peka terhadap infeksi dari virus ini. Sedangkan angka kematian sekitar 1-5% pada ternak dewasa, namun dapat menjadi lebih tinggi pada beberapa ras, usia, dan sapi yang produksi susunya tinggi (Tuppurainen, Alexandrov and Beltrán-Alcrudo, 2017). LSD memiliki masa inkubasi 28 hari pada hewan yang terinfeksi.

Gejala Klinis atau tanda awal dari Penyakit ini adalah :

  1. Munculnya nodul (benjolan pada kulit) yang seperti gigitan dari serangga. Berukuran 2-5 cm. Kemudian nodul menjadi semakin banyak (hampir diseluruh tubuh). Pada seminggu setelah munculnya nodul. Nodul ini akan pecah dan membentuk keropeng, keropeng kemudian lepas kemudian menimbulkan luka.
  2. Hewan mengalami demam tinggi (mencapai suhu 41⁰C)
  3. Depresi, anoreksia dan emasiasi.
  4. Adanya leleran pada area hidung dan mata
  5. Penurunan produksi susu
  6. Dan pembengkakan pada kelenjar limfa

Dalam penanganan kasus ini, Deteksi dini dari penyakit ini adalah kunci dari penyebaran dan pengendalian kasus. Semakin peternak lebih peka dalam mendeteksi gejala yang ditimbulkan dari Virus LSDV ini harapannya kasus kejadian dapat dikendalikan dengan cepat dan tidak menyebar dengan luas. Karena dengan karakter virus yang disebarkan atau ditularkan melalui vektor serangga penghisap darah dapat kita hentikan. Salah satunya dengan penyemprotan anti serangga pada lingkungan di sekitar kandang, desinfeksi dan juga biosekuriti yang ketat. Sedangkan untuk hewan, petugas akan memberikan terapi baik berupa antibiotik, anti radang dan juga suportif agar pada hewan yang memiliki gejala klinis menyerupai LSD tidak terjadi infeksi sekunder. Selain itu, guna mengendalikan penyebaran dan pencegahan kasus LSD, Vaksinasi adalah kunci, dengan adanya Program Vaksinasi pada ternak rentan dengan cakupan lebih dari 80 persen populasi (FAO, 2021) akan meminimalisir kejadian kasus LSD. Karena vaksinasi akan membuat individu ataupun ternak memiliki kekebalan terhadap infeksi virus.

 

DAFTAR PUSTAKA

Coetzer JAW, Tuppurainen E, Babiuk S, Wallace DB. Infectious Diseases of Livestock, Part II ; Lumpy Skin Disease. Anipedia

Tuppurainen E, Alcrudo DB, Alexandrov T. 2017. Lumpy Skin Diseasee Field Manual – A manual for veterinarians. FAO

FAO, 2021. Introduction and spread of lumpy skin disease in South, East and Southeast Asia, Rome, FAO.