OPTIMALISASI PENERAPAN BIOSEKURITI SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT MULUT DAN KUKU DI KABUPATEN BLITAR
Maya Rahmawati, A.Md
Penyakit mulut dan kuku (PMK) yang sedang mewabah di Indonesia, khususnya Kabupaten Blitar menimbulkan kerugian yang sangat luar biasa bagi para pelaku usaha di bidang peternakan. Penyakit ini banyak menyerang hewan ternak dari mulai sapi, kerbau hingga domba kambing hingga babi dan tergolong penyakit akut yang penyebarannya melalui infeksi virus dan mudah menular. Penyakit mulut dan kuku (PMK) adalah penyakit infeksi virus (family Picornaviridae) yang bersifat akut dan sangat menular pada hewan berkuku genap/belah (cloven-hoofed). Nama lain penyakit ini antara lain aphthae epizootica (AE), foot and mouth disease (FMD) . Virus PMK berukuran kecil (± 20 milimikron), tidak ber-amplop/ tanpa lapisan lemak dan memiliki capsid yang kuat sehingga virus ini sangat tahan terhadap desinfektan yang cara kerjanya melarutkan lemak. Gejala klinis hewan yang tertular penyakit Mulut dan Kuku antara lain Hipersalivasi, saliva terlihat menggantung, air liur berbusa di lantai kandang,Hewan lebih sering berbaring dan demam tinggi mencapai 41 oVesikel/lepuh dan atau erosi di sekitar mulut, lidah, gusi, nostril, kulit sekitar teracak dan putting yang bersifat akut terjadi kepincangan
Penyebaran virus sangat cepat, dan virus dapat ditularkan ke hewan ada beberapa cara :
- Melaui tersebar lewat udara (Airbone Disease)
- Melalui kontak tidak langsung melalui bukan vektor hidup (terbawa mobil angkutan, peralatan, alas kandang dll.)
- Melalui kontak tidak langsung melalui vektor hidup yakni terbawa oleh manusia. Manusia bisa membawa virus ini melalui sepatu, tangan, tenggorokan, atau pakaian yang terkontaminasi.
- Melalui kontak langsung (antara hewan yang tertular dengan hewan rentan melalui droplet, leleran hidung, serpihan kulit.
Menuntut kewaspadaan untuk dapat mencegah penularan PMK karena penularan sangat cepat, salah satu langkah biosekuriti sebagai garda terdepan untuk mencegah atau memutuskan rantai penyebaran virus merupakan salah satu solusi yang bisa dilakukan.
Sebagai salah satu bagian dari sistem managemen maka biosekuriti sangat penting khususnya untuk mencegah serta menghambat penyebaran virus PMK tersebut.
Adapun pengertian dari Biosekuriti adalah kondisi dan upaya untuk memutuskan rantai masuknya agen penyakit ke induk semang dan/atau untuk menjaga agen penyakit yang disimpan dan diisolasi dalam suatu laboratrium tidak mengkontaminasi atau disalahgunakan, misalnya untuk tujuan bioterorisme. Dengan kata lain, biosekuriti merupakan sejenis program yang dirancang untuk melindungi ternak dari bebagai serangan penyakit atau sebagai langkah awal dalam pengendalian wabah penyakit.
Menurut Dirjen Peternakan (2005) tujuan dari biosekuriti adalah mencegah semua kemungkinan penularan dengan peternakan tertular dan penyebaran penyakit. Namun, pada dasarnya biosekuriti merupakan salah satu upaya pencegahan penyakit pada ternak, tetapi dapat dikatakan bahwa biosekuriti merupakan salah satu garda terdepan terhadap penyakit. Dapat pula dikatakan bahwa biosekuriti bertujuan untuk menimalkan keberadaan penyebab penyakit, menimalisir kesempatan agen penyakit berhubungan dengan induk semang, menekan tingkat kontaminasi lingkungan oleh agen penyakit.
Prinsip dasar biosekuriti adalah yaitu menjauhkan hewan dari kuman (virus) dan menjauhkan kuman (virus) dari hewan, ada 3 (tiga) prinsip dasar dari Biosecurity adalah Isolasi, Pengendalian Lalu Lintas dan Sanitasi,
- Isolasi merupakan suatu tindakan untuk mencegah kontak diantara hewan pada suatu area atau lingkungan. Tindakan yang paling penting dalam pengendalian penyakit adalah meminimalkan pergerakan hewan dan kontak dengan hewan yang baru datang. Tindakan lain yaitu memisahkan ternak berdasarkan kelompok umur atau kelompok produksi. Fasilitas yang digunakan untuk tindakan isolasi harus dalam keadaan bersih dan didisinfeksi.
- Kontrol lalu lintas merupakan tindakan pencegahan penularan penyakit yang dibawa oleh alat angkut, hewan selain ternak (anjing, kucing, hewan liar, rodensia, dan burung), dan pengunjung. Hewan yang baru datang sebaiknya diketahui status vaksinasinya, hal ini merupakan tindakan untuk memaksimalkan biosekuriti. Oleh sebab itu, mengetahui status kesehatan hewan yang baru datang sangat penting. Kontrol lalu lintas di peternakan harus dibuat dengan baik untuk menghentikan atau meminimalkan kontaminasi pada hewan, pakan, dan peralatan yang digunakan. Alat angkut dan petugas tidak boleh keluar dari area penanganan hewan yang mati tanpa melakukan pembersihan (cleaning) dan desinfeksi terlebih dahulu.
- Sanitasi merupakan tindakan pencegahan terhadap kontaminasi yang disebabkan oleh feses. Kontaminasi feses dapat masuk melalui oral pada hewan (fecal-oral cross contamination). Kontaminasi ini dapat terjadi pada peralatan yang digunakan seperti tempat pakan dan minum. Langkah pertama tindakan sanitasi adalah untuk menghilangkan bahan organik terutama feses. Bahan organik lain yaitu darah, saliva, sekresi dari saluran pernafasan, dan urin dari hewan yang sakit atau hewan yang mati. Semua peralatan yang digunakan khususnya tempat pakan dan minum harus di- bersihkan dan didesinfeksi untuk mencegah kontaminasi.. beberapa alternatif desinfektan yang dapat digunakan untuk pensucihamaan kandang dan efektif membunuh virus PMK antara lain sodium hydroxide (2%), sodium carbonate (4%), citric acid (0.2%), acetic acid (2%), sodium hypochlorite (3%), potassium peroxymonosulfate (1%), dan chlorine dioxide.
Pensucihaamaan kandang ternak dapat dilakukan secara efektif pada pagi dan sore hari dengan memilih salah satu bahan desinfektan di atas. Selain keefektifan desinfektan, hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan desinfektan adalah harga yang murah dan kemudahan dalam mendapatkan. Menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga desinfeksi dapat dilakukan secara mandiri oleh peternak sendiri sebagaimana contoh pengaplikasian alas kandang dapat menggunakan kaporit sedangkan pada bagian dinding menggunakan formaldehide dengankonsentrasi 1 persen dengan volume rendah, tracak menggunakan KMNO4 dan lesi di mulut menggunakan NaCl 1-2 persen.
 
                      