PENANGANAN OVARIOHISTERECTOMI (OH) PADA KUCING MIYUNG DI KLINIK HEWAN DISNAKKAN KAB. BLITAR

3

Andar Yuliani1

1 Medik Veteriner Madya Dinas Peternakan Dan Perikanan Kab. Blitar.

*Penulis Korespondensi: andaryuliani@gmail.com

Blitar, 3 November 2021

 

Blitar, Hari ini klinik hewan Dinas Peternakan Dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Blitar kedatangan kucing si Miyung usia 1 thn 3 bulan Owner menginginkan untuk tindakan sterilisasi pada kucing berjenis kelamin betina ini. Adapun tujuan owner untuk melakukan sterilisasi pada anabulnya dikarenakan untuk mengurangi populasi kucing dirumahnya. Salah satu solusi untuk memecahkan permasalahan di atas adalah melakukan tindakan sterilisasi pada kucing. Sterilisasi pada hewan betina dapat dilakukan dengan hanya mengangkat ovariumnya saja (ovariectomy) atau mengangkat ovarium beserta dengan uterusnya (ovariohisterectomy).

Tujuan Ovariohisterectomy bertujuan untuk : (1) Mencegah meningkatnya populasi hewan, (2) Terapi, karena adanya tumor pada ovarium, kista ovari atau tumor pada uterus, atau terjadi pyometra, (3) Perubahan tingkah laku sehingga mudah dikendalikan dan lebih jinak.

Pembiusan dilakukan dengan menggunakan anestesi umum yaitu kombinasi ketamin dan xylazine. Pemilihan anestesi umum ini harus sesuai dengan syarat anestesi umum yaitu antara lain; 1) tidak bergantung pada mekanisme metabolisme di dalam tubuh untuk menghancurkan dan mengeliminasinya, 2) proses pengindukan yang cepat , kedalaman anestesi yang dapat cepat dirubah dan masa pemulihan yang cepat, 3) tidak menekan pusat respirasi dan jantung, 4) tidak mengiritasi jaringan tubuh, 5) murah, stabil, tidak mudah meledak dan terbakar, 6) tidak membutuhkan peralatan tertentu untuk mengaplikasikannya, 7) durasi lama dan onset cepat.

Anestesi umum dilakukan untuk menghilangkan kesadaran hewan, menghilangkan rasa sakit, memudahkan pelaksanaan operasi dan menjaga keselamatan operator maupun hewan itu sendiri. Pembiusan anestetikum harus memperhatikan ukuran relatif hewan, umur hewan, dan kondisi fisik. Xylazine mempunyai daya kerja sebagai hipnotikum, anoksia, analgesia, muscle relaxan berpengaruh terhadap sistem kardiovascular. Sedangkan ketamin merupakan golongan anestetikum disosiatif, mempunyai margin of safety yang cukup luas, mendepres fungsi respirasi, menyebabkan adanya reflek menelan. Anestesi diberikan secara intra muscular. Mengurangi efek dari anestetikum ini sebaiknya diberikan medikasi preanestetic yaitu dengan menggunakan sulfas atrophin. Sulfas atrophin merupakan anti cholinergica yang kerjanya memblokir kerja acetilcholin pada terminal-terminal ganglion dan syaraf otonom, mengurangi kerja kelenjar saliva dan bronkhial serta meningkatkan kerja jantung.

Tujuan medikasi preanestetik adalah untuk mengurangi jumlah anestetikum umum yang diperlukan dan meningkatkan batas keamanan; mengurangi rasa takut, menenangkan pasien 14 dan membantu terciptanya keadaan bebas cekaman sehingga mempermudah pemberian anestetikum; mengurangi sekresi kelenjar saliva dan kelenjar selaput lendir saluran pernafasan; mengurangi pergerakan lambung dan usus serta mencegah muntah ketika pasien dalam keadaan tidak sadar; menghambat refleks vaso-vagal sehingga mencegah perlambatan dan henti denyut jantung; mengurangi rasa sakit, rontaan dan rintihan selama masa pemulihan.      Penggunaan kombinasi ketamin dan xylazine ini harus hati-hati karena memberikan efek samping seperti meningkatkan cardiac output, tachycardia, hipotensi, hipersalivasi, meningkatkan kontraksi dan konvulsi otot pada kucing serta mengakibatkan defisiensi hati dan ginjal. Oleh karena itu, pemeriksaan hewan sebelum dilakukan operasi sangat penting untuk memastikan hewan benar-benar dalam keadaan sehat. Namun pemberian kombinasi dari kedua anastesi ini juga bertujuan untuk mencegah vomitus.

Pelaksanaan operasi memakan waktu kurang lebih 2 jam dan berjalan dengan lancar. Proses persembuhan luka dipengaruhi oleh umur, nutrisi, ada tidaknya kotoran yang menempel pada luka dan kebersihan selama operasi dan post operasi. Pemberian antibiotik untuk mencegah adanya kontaminasi bakteri selama operasi dan post operasi diberikan antibiotik peroral selama 5 hari berturut-turut setiap pagi dan sore.(drh. Andar Yuliani)