ANALISIS KELAYAKAN PENDIRIAN PABRIK PEMBIBITAN SAPI POTONG DI BLITAR JAWA TIMUR, LITERATUR RIVIEW
A.Alvianto1, SPt.,
1 . Pengawas Bibit Ternak Ahli Pertama Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Blitar
ABSTRAK
Potensi peternakan sapi potong di Blitar masih sangat terbuka lebar dikarenakan sebagain besar mata pencaharian penduduknya dibidang pertanian dan memiliki areal luas sawah, lading dan pekarangan. Limbah pertanian sebagai bahan baku utama pakan sapi potong mendorong industrialisasi pembibitan sapi potong. Bertambahnya jumlah penduduk dan peningkatan kesadaran gizi akan meningkatkan permintaan protein hewani salah satunya daging, 5 – 10 tahun mendatang dapat dipastikan permintaan akan daging sapi meningkat, pembangunan pabrik pabrik pembibitan sapi potong sangat diperlukan. Untuk mendekatkan pabrik pembibitan sapi potong dengan bahan baku pakan, upaya pembangunan pabrik pembibitan sapi potong di Blitar perlu studi kelayakan, apakah dengan potensi yang ada dapat dibangun pabrik pembibitan sapi potong dengan ditinjau juga dari aspek ekonomis yaitu biaya pendirian pabrik pembibitan sapi potong dan kelayakan investasi. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan diantaranya aspek pasar, aspek penentu lokasi pabrik, distribusi bahan input dan output, aspek legal dan lingkungan, aspek sumber daya manusia. Terakhir aspek finansial yaitu dari biaya-biaya aspek-aspek yang ada berapa biaya yang harus dikeluarkan dan berapa tahun investasi tersebut dapat kembali.
Kata kunci : Pasar, Lokasi Pabrik, Aspek Finansial
LATAR BELAKANG
Perkembangan penduduk mengikuti deret ukur, sedangkan perkembangan pangan mengikuti deret hitung. Desakan untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi penduduknya yang terus berkembang telah menyadarkan berbagai negara berusaha untuk meningkatkan produksi pangannya. Dalam kurun waktu beberapa dekade negara kita masih mengimport sapi dari luar negeri. Stok sapi potong dalam negeri belum mampu mencukupi kebutuhan akan daging sapi. Daging sapi masih menjadi sumber protein mahal karena masih terbatasnya jumlah populasi sapi. Populasi sapi potong di wilayah Kabupaten Blitar 151.720 ekor, menempati urutan ke 14 populasi sapi di Kabupaten/Kota Jawa Timur yang mencapai 4.823.970 ekor (BPS 2013).
Selama ini sapi potong yang ada di Blitar memasok kebutuhan sapi potong hidup yang ada di beberapa kota besar di indonesia. Semakin bertambahnya penduduk, semakin meningkat pendapatan penduduk dan semakin meningkat kesadaran akan gizi dapat dipastikan meningkat pula permintaan bahan makanan dari protein. Pada akhirnya juga mendorong industri sapi potong.
Adapun tahapan suatu pendirian pabrik yang akan didirikan meliputi tahap persiapan yang matang serta gambaran tentang pabrik yang akan didirikan. Dalam tahap studi kelayakan ini akan difokuskan pada analisis kelayakan bisnis pembanguan pabrik pembibitan sapi potong di Blitar. Pada tahapan ini dilakukan pendekatan melalui beberapa aspek yaitu aspek pasar, penentu lokasi industri, produksi, distribusi bahan input dan output, legal dan lingkungan, manajemen sumber daya manusia dan finansial. Analisis kelayakan bisnis pembangunan pabrik ini akan menjadi masukan yang komprehensif bagi pihak pabrik pembibitan sapi potong yang sudah ada sebagai bahan dalam membuat keputusan mendirikan pabrik pembibitan sapi potong di Blitar atau dengan pembibitan sapi peternakan rakyat saja.
LITERATUR RIVIEW
Tabel 1. Penelitian-penelitian sebelumnya
Penulis | Hasil |
(Zainuddin 2009)
(Kosasih, Santoso et al. 2014)
(Zulkarnaini, Yuniar et al. 2014) (Abdisobar, Bakar et al. 2014)
(Supriatna, Rambitan et al. 2004)
(Kristiyono, Bakar et al. 2014)
(Kurniawan, Bakar et al. 2014)
(Agung)
(Prasetya, Nugraha et al. 2014)
(Susanto)
(Supartha)
|
Yang mempengaruhi investasi PMA di Batam adalah lokasi, maintenance fee, tenaga kerja dan ekspor.
Yang mempengaruhi industrialisasi di Provinsi Jawa Tengah antara lain, skala ekonomi, pendapatan perkapita, input lokal dan biaya tenaga kerja. Dengan menggunakan algoritma metaheuristik Particle Swarm Optimization (PSO) model Shanker et.all masalah keputusan lokasi dan alokasi dapat diseleseikan dalam waktu yang lebih singkat dengan hasil yang mendekati optimal. 11 variabel yang yaitu : upah pekerja, kemitraan usaha, kondisi sosial masyarakat, ketrsediaan tenaga kerja, kedekatan bahan baku, kedekatan pasar, biaya hasil produksi, efisiensi aglomerasi, ketersediaan bahan bakar, produktifitas tenaga kerja dan aksebilitas pasar. Aspek pasar, aspek teknis, aspek legal dan lingkungan, aspek Manajemen Sumber Daya Manusia dan aspek finansial layak. Aspek pasar, aspek teknis, aspek legal dan lingkungan, aspek Manajemen Sumber Daya Manusia dan aspek finansial layak. Aspek Pasar, Aspek Teknis, Aspek Legal & Lingkungan, Aspek SDM, dan Finansial usaha budidaya jamur tiram layak sesuai kriteria kelayakan. Lokasi pabrik penyulingan minyak cengkeh di Sulawesi Utara, maka Kabupaten Minahasa merupakan lokasi yang tepat untuk pengembangan teknologi ini dilihat dari segi ketersediaan bahan baku, kemudahan pemasaran, kemudahan transportasi, ketersediaan tenaga kerja, adanya sarana listrik, adanya sarana air, kemudahan investasi, iklim, tersedianya unsur penunjang dan prospek jangka panjang. Aspek pasar dinyatakan layak ditandaiadanya peluang pasar, Aspek teknis dinyatakan layak ditandai spesifikasi produk sesuai permintaan pelanggan dapat diproduksi, Aspek legal dan lingkungan dinyatakan layak ditandai dipenuhinya aspek legal investasi, perijinan dan adanya penanganan limbah hasil produksi, Aspek manajemen sumber daya manusia dinyatakan layak ditandai adanya struktur organisasi dan tersedianya karyawan yang memenuhi spesifikasi pekerjaan, Aspek finansial dinyatakan layak ditandai oleh nilaiNet Present Value(NPV) positif Rp 341.872.443 dan Internal Rate of Return(IRR) 23,01 %. Aspek non-finansial yang terdiri dari aspek teknis, aspek pasar, aspek organisasi manajemen dan aspek sosial yang dilakukan, menunjukkan bahwa pembangunan pabrik kelapa sawit (PKS) kapasitas 30 ton TBS/ jam layak untuk dilaksanakan. Aspek Pasar, Aspek Teknis, Aspek Legal & Lingkungan, Aspek SDM, dan Finansial usaha pabrik pengolahan kayu mahogani di Tasikmalaya ini layak sesuai kriteria kelayakan. Aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis produksi dan teknologis, aspek manajemen dan sumber daya manusia, aspek hukum dan legalitas, serta aspek keuangan dan ekonomi menunjukkan bahwa kondisi PT. Aneka Andalan Karya pada saat ini layak untuk mengembangkan usahanya. Aspek pasar, aspek teknis, aspek legal dan lingkungan, aspek sumber daya manusia, dan aspek finansial pembangunan peternakan sapi potong dinyatakan layak. Diversifikasi produk yang dilakukan terhadap produk hasil perkebunan tebu memenuhi aspek teknis dan secara analisa finansial dapat meningkatkan keuntungan perusahaan. Aspek pasar, aspek teknis, aspek legal dan lingkungan, aspek Manajemen Sumber Daya Manusia dan aspek finansial layak. Aspek pasar dan pemasaran, aspek teknik dan teknologi dan aspek finansial layak. Aspek finansial layak Aspek Pasar, Aspek Teknis, Aspek Legal & Lingkungan, Aspek SDM, dan Finansial usaha Distro Sandwich ini layak sesuai kriteria kelayakan. Aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum dan aspek finansial layak. Investasi aspek finansial layak. Aspek pasar, aspek teknis, aspek legal dan lingkungan, aspek Manajemen Sumber Daya Manusia dan aspek finansial layak. aspek pasar, aspek teknis, aspek legal dan lingkungan, aspek sumber daya manusia, dan aspek finansial pembangunan peternakan hamster ini dinyatakan layak. Pengolahan kakao di Kabupaten Jembrana sangat menguntungkan (feasible), baik dilihat dari aspek pemasaran, produksi, legalitas, lingkungan, ekonomi, maupun financial. Aspek lokasi dan aspek ekonomi layak.
Kelayakan finansial yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa produksi Selai Nipah layak. |
PEMBAHASAN
Aspek Pasar
Pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, atau saling bertemuya antara kekuatan permintaan dan penawaran untuk membentuk suatu harga. Pendapat ahli yang lain mengatakan bahwa pasar merupakan suatu sekelompok orang yang diorganisasikan untuk melakukan tawar-menawar, sehingga dengan demikian terbentuk harga. Salah seorang ahli pemasaran, Stanton, mengemukakan pengertian yang lain tentang pasar, yakni merupakan kumpulan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk belanja, dan kemauan untuk membelanjakannya. Dalam melakukan analisis pasar ada beberapa tahap yang harus dilalui yaitu menentukan peramalan permintaan dan penawaran, penentuan peluang pasar, penentuan target produksi dan strategi pemasaran (Zulkarnaini, Yuniar et al. 2014).
Pemasaran pada industri berkaitan erat dengan harga produk bersangkutan jika hal tersebut dikaitkan antar wilayah harga tersebut akan ditambah dengan biaya transportasi, luas pemasaran akan dipengaruhi oleh kepadatan penduduk semakin padat penduduk maka wilayah pemasaran akan kecil dalam suatu wilayah sehingga produsen akan mencari wilayah yang memiliki penjualan optimal (Sudarsono 2014).
Pemilihan lokasi yang optimal didasarkan pada kekuatan persaingan antar tempat dan luas pasar yang dapat dikuassai oleh produsen, sehingga permintaan dan penawaran antar tempat merupakan unsur penting dalam menentukan lokasi yang optimal untuk berjalanya operasional perusahaan (Sudarsono 2014). Peluang pasar dilakukan untuk mengetahui jumlah yang dapat diambil perusahaan dalam memasarkan barang dan jasa yang ditawarkan. Penentuan peluang pasar membutuhkan data seperti data permintaan dan penawaran sapi potong yaitu dengan melihat populasi sapi potong pada 5 tahun terakhir. Jika pendirian pabrik pembibitan sapi potong di Blitar diharapkan dapat memasok kebutuhan sapi potong di kota kota besar seperti Malang, Surabaya, Jogjakarta, Jabodetabek, Bali yang juga mempunyai konsumsi daging sapi yang tinggi.
Analisis aspek pasar menganalisis seberapa besar potensi pasar yang ada untuk produk yang ditawarkan dan seberapa besar market share yang dikuasai oleh pesaing dewasa ini. Peluang pasar adalah pasar sasaran yang di dalamnya terdapat keinginan dan kebutuhan yang ingin dipenuhi. Peluang pasar dapat dilihat melalui pendekatan permintaan (demand) dan penawaran (supply) (Abdisobar, Bakar et al. 2014).
Teori lokasi Market Area yang melandasi asumsi dasar analisisnya, dalam penjabaranya terdapat tiga asumsi. Pertama , konsumen tersebar secara relatif merata antar tempat, sehingga teori ini cocok diberlakukan di daerah perkotaan dimana konsentrasi penduduk dan industri relatif merata dibandingkan dengan daerah pedesaan atau pedalaman. Kedua , pada produk homogen persaingan akan sangat ditentukan oleh harga dan ongkos angkut. Ketiga, ongkos angkut per kesatuan jarak (ton /km) adalah sama .Losch berpendapat bahwa lokasi penjualan sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat dilayani oleh produsen. Semakin jauh tempat produsen dari tempat jualan , konsumen akan semakin enggan membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjual semakin mahal . Sehingga Losch berpendapat bahwa produsen harus memilih lokasi , yang menghasilkan penjualan terbesar yang identik dengan penerimaan terbesar (Sudarsono 2014).
Aspek Penentu Lokasi Pabrik
Penentuan lokasi industri melibatkan beberapa aspek secara teori akan diperoleh lokasi yang paling efisien, sehingga hal tersebut akan menarik produsen atau beberapa produsen untuk menjadikan suatu lokasi industri yang terkonsentrasi secara spasial. Dalam menetapkan lokasi industri harus melalui berbagai pertimbangan guna menentukan kalkulasi yang benar mengenai biaya investasi dan biaya produksi, perusahaan harus memanfaatkan berbagai keahlian menyangkut teknis bangunan, ahli daya dukung lahan, ahli permesinan, hingga ahli di bidang riset pasar, ahli manajemen, sisiologi, dan ahli di bidang pemerintah atau ahli hukum (Sudarsono 2014).
Pada faktor spasial terdapat tiga aspek yang menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan penentuan lokasi industri yaitu: terkait proses produksi, distribusi ( pemasaran), dan pasar. Aktivitas tersebut akan senantiasa terus bergerak disetiap aspek ekonomi ,sehingga penentuan lokasi akan menganalisis kebutuhan utama ketiga aspek tersebut ditunjang dengan aspek eksternal (Sudarsono 2014).
Teori lokasi pada dasarnya merupakan ilmu yang menjelaskan di mana dan bagaimana suatu aktivitas ekonomi memilih lokasinya secara optimal. Dengan demikian keputusan lokasi merupakan keputusan tentang bagaimana perusahaan memutuskan dimana lokasi pabriknya atau fasilitas-fasilitas produksinya secara optimal. Faktor-faktor lokasi merupakan faktor yang mempengaruhi keputusan lokasi suatu aktivitas ekonomi seperti aktivitas produksi atau aktivitas pemberian jasa (Zainuddin 2009).
Tiap organisasi dari aktivitas ekonomi dipengaruhi oleh faktor-faktor lokasi. Faktor-faktor lokasi yang dimaksud adalah faktor sejarah, faktor transportasi, faktor sumber daya, faktor pasar, faktor tenaga kerja, faktor energi, faktor aglomerasi, faktor kenyamanan (mutu hidup, kualitas hidup, atau gaya hidup), pelayanan publik setempat, pajak, insentif pemerintah, gedung, fasilitas perkantoran dan gudang), stabilitas serta iklim politik nasional (Zainuddin 2009).
Distribusi Bahan Input dan Ouput
Ongkos angkut memiliki hubungan terhadap jarak yang terhitung setiap ton kilometernya, dalam penghematan ongkos angkut dapat dilakukan jika pengangkutan sekali jalan dengan muatan besar (ton). Disamping itu , berbeda menurut jenis angkutan yang digunakan, umumnya untuk jarak dekat angkutan truk menjadi efisien, namun untuk angkutan jarak jauh lebih efisien dengan modal transportasi kreta api dengan biaya yang lebih murah . Bila angkutan laut dimungkinkan, maka penggunaan angkutan kapal akan lebih efisien karena ongkos angkutnya untuk setiap ton/kilometer lebih rendah (Sudarsono 2014).
Menurut Weber, biaya transportasi merupakan faktor utama dalam penentuan lokasi . Biaya transportasi bertambah secara proporsional dengan jarak yang ditempuh, sehingga titik terendah biaya transportasi ialah titik yanng menunjukan biaya minimum untuk angkutan bahan baku dan distribusi hasil produksi. Biaya transportasi diperngaruhi oleh berat lokasional. Berat lokasional merupakan berat total semua barang berupa input yang harus diangkut ke tempat produksi untuk menghasilkan satu satuan output ditambah berat output yang akan dibawa menuju pasar.
Distrbusi barang mayoritas memiliki mobilitas yang tinggi di darat karena memang letak industri di daratan. Sehingga faktor infrastruktur jalan akan berpengaruh terhadap distribusi. Pengaruh infrastruktur publik (jalan, listrik dan telepon) mempengaruhi kegiatn ekonomi dan pertumbuhan suatu wilayah yang memiliki infrastruktur yang memamadai (Sudarsono 2014).
Bahan baku yang ada limbah pertanian seperti tebon jagung, rumput-rumputan dan jerami padi tersedia melimpah di Blitar dan sekitarnya, yang menjadi kendala adalah sapi calon indukan yang nantinya kan menjadi indukan di pabrik pembibitan sapi potong. Perlu mendatangkan sapi calon dari luar negeri untuk penyediaan sapi dalam jumlah banyak.
Aspek Legal dan Lingkungan
Untuk memulai suatu usaha dibutuhkan kelegalan dalam proses dan pembangunannya, hal ini dikarenakan dalam pembentukan suatu usaha pasti secara langsung atau pun tidak langsung berhubungan dengan pemerintah yang ada dan juga ikut berpartisipasi dalam perekonomian suatu Negara. Untuk mengetahui apakah suatu rencana bisnis diyakini layak dari sisi legal dan lingkungan dapat dipelajari dari berbagai sisi. Adapun bentuk-bentuk legalitas dalam pembangunan usaha antara lain: badan hukum, legalitas investasi, serta AMDAL (Zulkarnaini, Yuniar et al. 2014).
Badan hukum usaha yang umum untuk pabrik berskala besar adalah PT. (Perseroan Terbatas) karena merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih pemilik yang ingin melakukan kegiatan usaha dengan modal yang terbatas, berikut ini merupakan tahap-tahap proses pembuatan badan hukum PT :
- Akta Pendirian PT. dibuat dan ditandatangani oleh Notaris yang berwenang dan dibuat dalam bahasa Indonesia.
- Surat Keterangan Domisili Perusahaan (SKDP).
- Nomor Pokok Wajib Pajak atas nama PT.
- Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) diajukan kepada Dinas Perdagangan.
- Tanda Daftar Perusahaan (TDP).
Sedangkan data-data yang di perlu disiapkan :
- Opsi Nama Perusahaan (Minimal 3)
- Bidang Usaha
- Domisili Perusahaan
- Nama-Nama Pemegang Saham & KTP
- Komposisi Pemegang Saham
- Modal Dasar Perusahaan(Minimal Rp51.000.000)
- Modal Disetor (Minimal Rp51.000.000)
- Susunan Direksi dan Komisaris
- KTP Direktur dan Komisaris
- NPWP Direktur
- Fasfoto 3×4 2 lembar
Terakhir perizinan AMDAL di Kementerian Lingkungan Hidup.
Aspek Manajemen Sumber Daya Manusia
Dalam menyangkut masalah SDM maupun menyangkut rencana perusahaan secara keseluruhan haruslah disusun sesuai dengan tujuan perusahaan.Dalam membangun proyek bisnis usaha ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) hendaknya dikaji secara cermat. Kesuksessan suatu perencanaan dan perencanaan pembangunan sangat tergantung kepada SDM yang baik.Adapun fungsi-fungsi manajemen tersebut seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan yang diterapkan secara benar. Berikut adalah gambaran dari analisis manajemen sumber daya manusia :
Agar proses-proses manajemen dapat bekerja dengan baik, maka organisasi sebagai sarananya perlu dirancang. Struktur organisasi menjelaskan bagian aktivitas kerja, serta memperhatikan hubungan fungsi dan aktivitas tersebut sampai batas-batas tertentu (Zulkarnaini, Yuniar et al. 2014).
Dalam perencanaan struktur organisasi usaha pupuk organik ini berbentuk struktur fungsional karena seluruh tingkatan dalam struktur ini dikelompokan menjadi unit-unit berdasarkan fungsinya. Struktur organisasidapat dilihat pada Gambar 2. Perencanaan tenaga kerja yang dilakukan perusaahan agar dapat menjalankan beberapa uraian-uraian tugas pada setiap fungsi jabatan yang dimiliki. Setiap jabatan memiliki tugas serta fungsinya masing-masing, berikut job description dari setiap jabatan dan kebutuhan tenaga kerja.
Gambar 2. Struktur Organisasi Perseroan Terbatas.
Tabel 2. Jumlah Penduduk Kabupaten Blitar Tahun 2019
No | KECAMATAN | LAKI-LAKI | PEREEMPUAN | JUMLAH |
1. | Bakung | 15.090 | 15.385 | 30.475 |
2. | Wonotitro | 20.701 | 20.778 | 41.479 |
3. | Panggungrejo | 22.619 | 23.360 | 45.098 |
4. | Wates | 16.949 | 17.147 | 34.188 |
5. | Binangun | 24.433 | 24.755 | 49.520 |
6. | Sutojayan | 26.277 | 26.293 | 52.191 |
7. | Kademangan | 36.328 | 35.863 | 72.829 |
8. | Kanigoro | 38.625 | 39.204 | 77.370 |
9. | Talun | 33.073 | 33.297 | 66.125 |
10. | Selopuro | 22.828 | 23.297 | 46.971 |
11. | Kesamben | 29.342 | 29.629 | 58.971 |
12. | Selorejo | 21.621 | 21.690 | 43.311 |
13. | Doko | 22.729 | 22.880 | 45.609 |
14. | Wlingi | 29.484 | 29.657 | 59.141 |
15. | Gandusari | 37.957 | 38.062 | 76.019 |
16. | Garum | 34.427 | 33.873 | 68.300 |
17. | Nglegok | 38.114 | 38.388 | 76.702 |
18. | Sanankulon | 28.597 | 28.951 | 57.548 |
19. | Ponggok | 51.493 | 52.590 | 104.083 |
20. | Srengat | 33.164 | 33.615 | 66.779 |
21. | Wonodadi | 25.255 | 26.219 | 51.474 |
22. | Udanawu | 21.719 | 22.284 | 44.003 |
JUMLAH | 630.755 | 637.419 | 1.268.194 |
Jumlah penduduk Blitar tahun 2019 sebesar 1.268.194 jiwa dengan rincian laki-laki 630.755 dan perempuan 637.419, merupakan jumlah potensial tenaga kerja. Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 78 Tahun 2020 tentang UMK di Jawa Timur tahun 2021 tertanggal 20 November 2020. Untuk Kabupaten Blitar, UMK Tahun 2021 ditetapkan sebesar Rp 2 juta, nilai tersebut naik dari usulan yang diajukan Bupati sebesar Rp 1,9 juta. (www.Blitarkab.go.id). Nilai UMK tersebut tergolong rendah jika dibandingkan dengan daerah-daerah kawasan industri. Jika UMK suatu daerah rendah maka ongkos produksi pabrik akan berkurang juga.
Aspek Finansial
Aspek finansial dari suatu studi kelayakan adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang. Untuk merealisasikan proyek bisnis dibutuhkan dana untuk investasi. Dana tersebut diklasifikasikan atas dasar aktiva tetap berwujud seperti tanah, bangunan, pabrik, dan mesin-mesin serta aktiva tetap tak berwujud seperti paten, lisensi, biaya-biaya pendahuluan dan biaya-biaya sebelum operasi. Setelah jumlah dana yang dibutuhkan diketahui, selanjutnya yang perlu ditentukan adalah dalam bentuk apa dana tersebut didapat, yang jelas, yang akan terpilih adalah sumber dana yang mempunyai biaya paling rendah dan tidak menimbulkan masalah bagi perusahaan (Zulkarnaini, Yuniar et al. 2014).
Pada Aspek finansial bertujuan menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya. Perhitungan biaya ini setelah aspek-aspek yang lain memenuhi syarat. Biaya-biaya yang akan dilakukan perhitungan adalah biaya investasi awal, perhitungan income statement & cashflow, perhitungan Payback Period (PP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan perhitungan MIRR.
KESIMPULAN
Penelitian-penelitian terdahalu yang paling lengkap menggunakan 5 aspek diantaranya : aspek pasar, aspek teknis, aspek legal dan lingkungan, aspek manajemen sdm dan aspek finansial. Pada aspek aspek pasar pada penelitian-penelitian sebelumnya kebanyakan menggunakan data peramalan dan permintaan belum menggunakan data dari populasi sebenarnya. Aspek legal dan lingkungan hanya panduan izin perusahaan belum sampai menyentuh pada proses perizinan di instansi pemerintah dan kendala-kendala yang harus dihadapai pada saat melakukan proses perizinan usaha. Asapek manajemen sumber daya manusia ada tidak dimasukkan dalam variabel dan kebanyakan hanya berupa struktur organisasi dan belum ada yang membahas UMK dan potensi tenaga kerja yang ada.
REFERENSI
Abdisobar, R., et al. (2014). “Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Jamur Tiram di Desa Cilame Ciwidey Kabupaten Bandung.” REKA INTEGRA 2(1).
Aditya, A. S., et al. (2014). “Analisis Kelayakan Usaha Lemari/Rak Simple and Easy Delivery Di Kecamatan Cikarang.” REKA INTEGRA 1(4).
Afandi, A. and D. Mukodim (2009). “Analisis Studi Kelayakan Investasi Pengembangan Usaha Pt. Aneka Andalan Karya.”
Agung, S. P. P. C. K. “Kajian Analisa Kelayakan Pengembangan Usaha dengan Diversifikasi Produk Olahan Tebu DI CV. Kurnia Agung.”
Asrida, S. and M. S. Ak (2013). “Faktor Kelayakan Investasi Pabrik Kelapa Sawit (Studi Kasus Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh).” JURNAL LENTERA 12(2).
BPS (2013). “Balai Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur.”
Cahyani, W. A., et al. (2014). “Analisis Kelayakan Investasi Distro Sandwich dI Mall Kota Bandung.” REKA INTEGRA 2(1).
Kosasih, E. R., et al. (2014). “Pengembangan Model Keputusan Lokasi dan Alokasi pada Jejaring Rantai Pasok Multi-Eselon dengan Particle Swarm Optimization Algorithm.” CALYPTRA: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya 3(1).
Kristiyono, F., et al. (2014). “Analisis Kelayakan Pendirian Pabrik Pencacah Plastik Acrylonitrile Butadiene stryrene (ABS).” REKA INTEGRA 1(3).
Kurniawan, A., et al. (2014). “Analisis Kelayakan Bisnis Pabrik Pengolahan Kayu Mahogani Di Tasikmalaya.” REKA INTEGRA 2(1).
Maghribi, M. C., et al. (2014). “Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Hamster di Bandung.” REKA INTEGRA 2(2).
Mubin, A. (2010). “Analisis Kelayakan Pendirian Unit Produksi di Universitas (Studi Kasus Industri Minyak Atsiri).” Jurnal Teknik Industri 3(1).
Mulyadi, A. F., et al. (2014). Analisis Kelayakan Teknis dan Finansial Produksi Selai dari Tanaman Nipah (Nypha Fruticns)(Studi Kasusu di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur). Peran Pendidikan Teknologi Pertanian dalam Meningkatkan Daya Saing Indutri Perkebunan yang Berkelanjutan dalam Menghadapi Pasar Bebas ASEAN 2015.
Nugroho, I. A., et al. (2012). “Analisis Kelayakan Usaha Pencucian Kendaraan Bermotor Studi Kasus Purwokerto Timur Jawa Tengah.” REKA INTEGRA 1(3).
Praharsa, E., et al. (2014). “Analisis Kelayakan Bisnis Peternakan Sapi Potong dI Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung.” REKA INTEGRA 2(2).
Prasetya, A. T., et al. (2014). “Analisis Kelayakan Bisnis Kertas Berbahan Baku Rumput Laut Sebagai Alternatif Bahan Baku Pada Industri Kertas.” REKA INTEGRA 1(3).
Reinny Patrisina, M. and B. Harma “Analisis Aspek Teknis dan Keuangan Pendirian Distribution Centre Untuk Program One Village One Product (OVOP).”
Shofiyana, A. (2012). “Analisis Konsentrasi Spasial Industri Manufaktur Besar dan Sedang di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2002-2008.” Economics Development Analysis Journal 1(1).
Sudarsono, F. G. (2014). “Faktor-Faktor Penentu Lokasi Sentra Industri Gula Kelapa (Studi Kasus: Di Wilayah Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar).” Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB 2(2).
Supartha, W. G. “Analisis Kelayakan Invetasi Pengolahan Kakao dI Kabupaten Jembrana-Bali.”
Supriatna, A., et al. (2004). “Analisis Sistem Perencanaan Model Pengembangan Agroindustri Minyak Daun Cengkeh: Studi kasus di Sulawesi Utara.” Buletin Tanaman Rempah dan Obat 15(1): 1-18.
Susanto, B. G. “Aspek Kriteria Seleksi pada Pendirian Pabrik Elemen Bakar Nuklir Tipe PWR dI Indonesia Melalui Jalur Konversi Ammonium Uranil Karbonat (AUK).”
Sylvia, R. (2013). “Analisis Investasi Pendirian Home Industri Keripik Singkong di Desa Gunung Ulin Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan.” Jurnal Ekonomi Manajemen Vol 7(1).
Utomo, J. S. (2014). “Studi Kelayakan Bisnis Pelumas Food Grade Petro-Canada untuk Industri Makanan dan Minuman di Jawa Timur.” Jurnal Titra 2(2): 211-218.
Zainuddin, M. (2009). “Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Investasi PMA di batam.” JEJAK 2(2).
Zulkarnaini, A., et al. (2014). “Analisis Kelayakan Pembangunan Usaha Pupuk Organik di Provinsi Lampung.” REKA INTEGRA 1(3).